Senin, 24 Februari 2014

WHATEVER!! I LOVE INDONESIA.. Land of Heavenly King #TanaToraja

....bawa semua kebutuhanmu, siapkan hatimu dan tinggalkan keraguanmu kawan. Jangan terpaku akan tujuan, jangan pikirkan kapan akan sampai. Nikmati perjalanan sesungguhnya. Temui orang-orang baru, dengarkan bahasa baru, makan makanan baru. Terlalu sia-sia mata super HD ini jika hanya untuk melihat monitor, di luar sana.. jutaan warna tidak hanya sRGB. Nikmati semua keindahan dunia ini....

Jika Anda sekalian berpikiran bahwa kami adalah 5 anak muda kaya raya yang bingung caranya buat buang duit, maka Anda salah besar. Justru kami harus ngiler dan menimbun pundi-pundi rupiah selama berbulan-bulan demi keberangkatan.

Keisengan kami bermula dari adanya tiket promo maskapai penerbangan Air Asia seharga 92rb Surabaya-Makassar PP yang telah kami booking berbulan-bulan sebelum tanggal keberangkatan. Saya sebagai si tukang kompor berhasil mengajak Martha-Wina-Sammy-Ayok (team awal), dan wusssss… Kompor berhasil menyala berkobar-kobar. Kompor yang siap mengantarkan kami ke tanah Celebes. Tapi apa daya rintangan dan halangan menghadang.. Martha dan Ayok tidak bisa ikut di trip kali ini. Setelah berganti formasi beberapa kali dan akhirnya sebelum 5jam penerbangan berangkat, team cetarrr membabibuta yang fix berangkat terbentuk juga.. yeaahh!! Saya-Wina-Sammy-Othy-Vian. Pastinya perjalanan ini bakal seru dan rame dengan orang-orang bocor di sekitar saya. ;D

Minggu, 16 Februari 2014
Masih lembur sampai pukul 10 malam dan otak masih berputar H-1 saya belum packing apapun, sepulang kerja saya juga harus menemui mas Annas owner dari www.utapesofharry.com untuk mengambil Rantepao sepatu boot yang beliau disain dan buat untuk mensponsori trip saya ke Tana Toraja kali ini. Beyond expectation!! Sepatu dengan material brown Suede ini terlihat keren dan gaharr.. hormat tampan buat Mas Annas dan teman2.

Senin, 17 Februari 2014
Jam di tangan menunjukkan pukul 00.30 WIB. Waktu dimana orang-orang terbuai di peraduan. Sedangkan saya masih sibuk packing barang sambil ngobrol di room chat sama Othy dan Aldoe.
05.15 Wina menjemput saya ke rumah dan kami pun bertolak menuju Stasiun kota Baru Malang menunggu teman-teman yang lain untuk berkumpul. Saya masih belum sepenuhnya percaya ada di dalam stasiun kereta ini, biasanya saya ke bandara dengan travel/motor, kali ini sepakat dengan teman-teman untuk naik Kereta api ekonomi AC hanya dengan tarif 4000 rupiah dan anda akan sampai di Surabaya dengan tampan tanpa cacat noda:). Tapi.. pagi yang suci ini telah ternoda gara-gara Othy dan Sammy sampai kereta berangkat belum juga menampakkan diri. Alhasil kamipun mengambil taxi ke terminal dan menuju Surabaya dengan Bus. Setengah tidak percaya bahwa waktu yang ditunggu berbulan-bulan telah tiba. Kami akan pergi jauh berkilometer dari tempat tinggal. Bermula dari sini, saya, Vian, Wina, Sammy dan Othy akan memulai sebuah perjalanan panjang..

Matahari bulat penuh berwarna jingga terlihat di Terminal Bungur Surabaya. Menunggu penampakkan Vian di titik kumpul terakhir sebelum menuju Juanda. Masih butuh 20 menit lagi untuk sampai ke bandara Juanda, Surabaya. Moment pagi di antah berantah seperti ini terlalu manis untuk dilewatkan. Ada sinar hangat yang berpendar dibalik kaca bus. Ketika sinarnya semakin panas, juga penghuni bus yang semakin padat, justru menjadi bumbu sedap pengantar perjalanan ini.

Tiba di Bandara Juanda, kami masih harus menunggu bus Damri yang akan membawa kami ke Terminal 2. Karena terhitung mulai 14 Februari 2014 penerbangan AirAsia, Garuda domestik berpindah di terminal 2 Internasional. Jadwal penerbangan kami pukul 12.45, Setelah Check-in, menggelar lapak makanan di ruang tunggu dan foto-foto nista bersama bekal makanan yang kami bawa, terdengar suara merdu memanggil kami untuk segera memasuki kabin pesawat yang akan membawa kami ke seberang pulau, Pulau Sulawesi.

Tak terasa kami sudah 1,5 jam terbang di atas permukaan tanah dan laut. Lepas landas. Terlihatlah tulisan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang berwarna keemasan karena pantulan mentari senja dan kemudian mendung.
Ya.. kami sudah sampai di kota Makassar, Sulawesi Selatan, gerbang utama menuju Toraja, Tanahnya para Raja-raja *Berasa Raja*

Mengingat tujuan utama adalah Toraja, kami masih harus mencari bus jurusan Makassar-Toraja. Berdasar dari anjuran teman-teman yang sudah pernah kesana, kami memilih Bus Scania New Liman untuk sampai di Toraja dengan harga Rp. 120.000. Butuh waktu 9 jam perjalanan untuk sampai di Toraja, maka kami memilih bus kelas atas yang benar-benar nyaman.

Karena bus malam akan berangkat pukul 20.00 Wita dan kami masih punya banyak waktu untuk jalan-jalan di sekitaran Makasar. Dan kamipun menuju Pantai losari untuk sekedar melihat sunset dan ternyata hujan.. akhirnya merapat saja di kedai makan di tikungan jalan depan pantai Losari untuk menikmati Coto Makasar dan kuliner lokal lainnya.
Setelah makan.. kamipun segera mencari taxi untuk menuju Pangkalan bus Liman, kami deal dengan harga 40rb dan taxi di isi oleh 5 orang :D. Sambil menunggu bus berangkat kami mandi-mandi dulu dan masuk ke dalam bus. Ini benar-benar recommended bus, nyaman dan bagus!!.
Tak ada pemandangan yang menarik selama perjalanan malam menuju Toraja. Memandang ke luar hanya ada hitam dan lampu-lampu penerang bersliweran yang seakan-akan membentuk lukisan abstrak. Obrolan-obrolan ringan dan kelakar kami berlima yang mewarnai malam itu. Hanya rasa lelah yang menyudahinya.
Pare-Pare, Sidrap dan sampailah di Kabupaten Enrekang, Sebelum sampai di Toraja saya akan melewati Enrekang dikenal dengan tanah tertinggi di pulau  pulau Sulawesi dimana Gunung Latimojong 3680mdpl berada. Tengah malam sopir bus melambatkan laju busnya dan beristirahat sebentar di rest point Buntu kabobong, memang dijadikan sebagai rest point dengan banyaknya warung-warung di pinggir jalan. Saya dan Vian memilih turun bus untuk kencing dan cari udara segar sebelum melanjutkan perjalanan.  Setelah merasa cukup puas, perjalanan pun di lanjutkan menuju Toraja. Perjalanan berbelok- belok dan jalanan naik turun membuat adrenalin saya terpacu untuk menatap ke depan yang membuat saya seperti berada di jalur sirkuit. Tak lama berselang saya dikagetkan dengan gapura rumah tongkonan di atas jalanan, ternyata saya sudah memasuki area perbatasan Enrekang - Tana Toraja.


Selasa, 18 Februari 2014
Pertanda sudah pagi. Hawa dingin khas dataran tinggi sudah tercium. Turun dari bus, saya masih berada di situasi antara percaya dan tidak. Bahwa kami sudah menginjakkan kaki di Rantepao, Tana Toraja. Konon sejarahnya, tanahnya para raja. Ingatan saya seperti dipaksa kembali ke beberapa tahun lalu. Saat dimana saya masih berada di bangku sekolah. Dimana guru Kewarganegaraan menugaskan membuat artikel tentang rumah adat di Indonesia. Saat itu saya memilih rumah adat Toraja, yaitu Tongkonan. Saya hanya bergumam. Semesta memang punya cara tersendiri untuk menuntun mimpi saya, mimpi kami and DAMN!! I LOVE INDONESIA!!
Ketika turun bis kamipun disambut warga lokal yang menawarkan ojek, sewa mobil dan paket2 tour lainnya. Sesuai kesepakatan komisi 5 dan dewan suro, kamipun memilih rental motor untuk keliling TaTor selama 1 hari. Vian, Wina dan Sammy menunggu di kantor bus Liman, sedangkan saya dan Othy bergerilya jalan kaki mencari alamat Melky sahabat baru kami yang menyediakan Rental motor untuk wisatawan di daerah pasar Rantepao depan Gereja Katolik. Setelah menyewa 3 buah sepeda motor dengan budget 60rb/hari kami melanjutkan mencari Rumah Bapak Kadang (Bapak saya dulu ketika di Serui-Papua) yang kebetulan punya rumah kosong di Rantepao yg bisa di tempati untuk istirahat, titip barang dan mandi. Setelah semua siap.. pukul 8.30Wita kami memulai petualangan seru berkeliling Tanah Toraja. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah :

BORI
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya kami tiba di kawasan wisata Bori'. Ternyata memang sangat dekat. sebelum masuk kami terlebih dahulu membeli karcis seharga Rp. 10.000.-/ 1 orang. Kawasan wisata Bori' ini berbeda dengan makam yang lain, dimana disini terdapat batu menhir yang memanjang ke atas dan ditancapkan ke tanah. Saya berjalan menyusuri sekeliling tempat ini karena memang tidak terlalu luas dan mengambil beberapa gambar untuk dijadikan sebagai kenangan.

BATUTUMONGA
“Jika ingin menikmati keindahan Tana Toraja dari ketinggian, pergilah ke Batutumonga”. Demikian pesan seorang kawan kepadaku ketika tahu saya akan ke Toraja. Terletak di lereng Gunung Sesean, beranjaklah kami, dengan motor, mendaki sampai ke Batutumonga. Di sepanjang jalan berliku dan mendaki, pemandangan cantik menjadi suguhan mempesona.
Saya juga sempat terpana menyaksikan sorot ekspresif wajah seorang perempuan tua Toraja yang saya temui di jalan. Batutumonga sendiri terletak di lereng Gunung Sesean yang merupakan gunung tertinggi di Toraja. Letaknya sekitar 2 km dari Lokomata dan 22 km dari Rantepao. Tempat ini selain terkenal karena keindahan alamnya, juga memiliki udara sejuk. Tidaklah heran jika Batutumonga menjadi semacam Puncak bagi orang-orang Toraja.

KE'TE KESU
Kete Kesu adalah desa wisata atau kompleks cagar budaya dimana Anda hanya perlu berjalan kaki untuk melihat secara dekat potret kehidupan dan budaya masyarakat radisional Toraja yang masih dilestarikan dengan baik. Pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sebab dikepung tatar pegunungan adalah daya tarik yang lain yang ditawarkan Kete Kesu. Kami banyak menghabiskan waktu disini untuk berfoto dan masuk ke dalam goa yang ada mayatnya didalam peti dan baru dikubur 30hr yang lalu.

LEMO
Di Lemo terdapat sebuah kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamai Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah limau (jeruk). Di bukit batu ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan, tiap tiap lubang merupakan kuburan satu keluarga. Dari luar, yang terlihat hanya pintu lubang saja, yang ditutup dengan papan kayu. Letak lubang-lubang ini cukup tinggi, mencapai belasan meter. Mayat dimasukkan ke dalam lubang dengan tangga atau ditarik dengan tali. Ukuran lubang cukup besar, sekitar 3 meter kali 5 meter. Untuk membuat lubang ini dibutuhkan biaya yang cukup besar, sekitar Rp. 30 juta rupiah, karena lubang dibuat dengan cara memahat bukit batu secara manual. Pekerjaan membuat lubang ini biasanya memakan waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Di dinding tebing berderet banyak tau-tau (patung orang yang meninggal), jumlahnya sekitar 40 buah. Adanya tau-tau ini menunjukkan bahwa kuburan ini merupakan kuburan orang-orang kaya, karena untuk membuat tau-tau harus dipenuhi berbagai syarat antara lain menyembelih kerbau sebanyak 24 ekor. Keistimewaan Kuburan di Lemo ini merupakan kuburan tertua nomor dua di Toraja, adapun kuburan yang paling tua adalah di Songgi Patalo. Kuburan batu di Lemo dibuat pada sekitar abad ke 16.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan kami harus bergegas kembali ke Rantepao. Dan kali ini kita berkendara di bawah guyuran hujan deras. Setelah sampe Rantepao dan mendapatkan tempat untuk makan, kami kembali ke basecamp kita di Jl. Pahlawan untuk mandi dan packing barang. Bus Liman berangkat ke Makasar pukul 8 malam, dan selesai juga petualangan sehari kita di Tana Toraja. Land of Heavenly King!!. Pukul 8 malam tepat, kami meninggalkan Rantepao dan bertolak ke Makasar. Kami berencana tidak turun di Makasar, kami akan turun di Maros dan melanjutkan perjalanan kami ke Taman Nasional Bantimurung-Maros.

19 Februari 2014
Pukul 3 dinihari kami sampai di Maros, dan kondektur bus menurunkan kami di depan Alfa**** Maros 2 untuk menunggu Pete-Pete (Angkot) tujuan Bantimurung pukul 6 pagi. Dan kami pun mulai menggelar lapak di teras Alfa****, tujuan pertama adalah COLOKKAN LISTRIK!! semua pasti rebutan benda beginian, bagaikan menemukan oase di tengah gurun. Satu persatu gadgetpun di charges.. dan untunglah kami tidak pernah sampai kehabisan batrei kamera/handphone, yang akan menghambat ke-Eksisan, terutama buat Vian sang ratu Selfie!!
Perut mulai goyang oplosan.. Dewa usus telah memanggil.. masuklah kita ke dalam Alfa**** untuk membeli P** Mie. Dan tiba2 ada pramuniaga menghampiri saya dan bilang "Kak,, kalo mau istirahat di atas saja". Loh, ini semacam tawaran bagus. Dan, Pramuniaga baik bernama Mas Arif mempersilahkan kami untuk naik ke mess nya buat istirahat dan masak. Dan kamipun memanfaatkan waktu yg cuma sebentar itu untuk tidur, masak, bikin kopi dan ritual pagi sebelum melanjutkan perjalanan ke Bantimurung.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas area sekitar 43.750 Ha merupakan salah satu daerah yang khas, namun tahukah kita mengapa lokasi ini dikatakan khas, tentu kita masih menerka-nerka dalam hati, apa saja yang.  khas. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang. Disingkat TN Babul ini merupakan surga dari Kupu-kupu atau dengan julukan The kingdom of Butterfly, kawasan ini terletak di wilayah Kabupaten Maros dan kabupaten Pangkep (Pangkajene Kepulauan), sisi khasnya yang lain adalah TN Babul terletak pada gugus pegunungan Karts Terbesar kedua didunia setelah cina, Karts yaitu pegunungan kapur yang dimana pegunungan karts mempunyai bentuk stalaktit dan stalakmit yang indah. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan habitat berbagai macam flora dan fauna dan yang paling menonjol adalah kupu-kupu, setidaknya ada 20 Jenis kupu-kupu yang dilindungi oleh pemerintah dan berbagai jenis lain atau sekitar 250 Jenis Kupu kupu yang mendiami tempat ini. Namun tidak hanya itu, kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ini memiliki kurang lebih 80 gua alam dan gua prasejarah yang tersebar di kawasan ini, salah satu gua yang paling diminati oleh para wisatawan untuk dikunjungi adalah Gua batu dan gua Mimpi, cukup unik bukan untuk dikunjungi? Objek menarik selain gua dan kupu-kupu serta air terjun yang ada di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung ini adalah Gugusan pegunungan Karts nya, yang merupakan gugusan pegunungan alami yang sangat indah, salah satu lokasi yang mempunyai gugusan indah pegunungan karts. Kami memasuki batu cave dan ini goa ke sekian kalinya yg saya masuki di Indonesia, dan saya paling phobia sama yang namanya goa, setelah terpaksa masuk dan meminta teman-teman untuk keluar cepat2 pikiran saya mulai kembali ke jalan yang benar lagi, saya takut dimangsa makhluk mengerikan di dalam Goa. :D Tapi masuk goa dengan orang-orang bocor itu sensasinya beda, tetap saja eksis foto-foto.

Selesai dari TN. Babul kami melanjutkan perjalanan ke Makassar lagi, mengunjungi Fort Rotterdam dan Losari Area. Dan ini hari terakhir kami di Sulawesi. Penerbangan kembali ke Surabaya pukul 21.15, dan lagi-lagi kami bertemu dengan orang-orang baik lagi, kita di jamu Bang Paul dan istri (Kerabat othy) sebelum kita meninggalkan Makassar. Dan malam terakhir perjalanan kita di Celebes, di tutup dengan Rica-rica Cakalang super duper lezat hasil masakkan tuan rumah!!

Sehari perjalanan mengenal kebudayaan dan menikmati keindahan alam Tana Toraja mengajarkan kami bayak hal, terutama mengenai banyaknya perbedaan-perbedaan yang tetap mempersatukan kita di Indonesia juga betapa indahnya alam yang kita miliki.

Tana Toraja hanyalah satu dari sekian banyak tempat di Indonesia yang menarik wisatawan untuk menikmati secara langsung keindahannya. Indonesia memang negara yang penuh dengan kebudayaan yang beragam dan keindahan alam yang memukau. Tidak bosan-bosan rasanya menjelajahi tiap bagian dari negara ini, Sabang hingga Merauke - Miangas sampai pulau Rote.

Petualangan adalah pergi tanpa titik tujuan, membiarkan dirimu tersesat, mencari, dan memilih; dan kamu tak tahu kapan harus pulang..